Tampilkan postingan dengan label kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 Januari 2012

Sepak Terjang IM di Indonesia

Indonesia adalah negeri Islam terbesar di dunia dalam jumlah penduduknya. Telah merasakan kepedihan penjajahan asing dari negara-negara Barat seperti Portugal, Belanda dan Jepang. Sehingga isu umat Islam di negara ini menjadi ingatan setiap muslim di penjuru dunia dan menyibukkan opini nasional serta dunia Islam.
Oleh karena Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), sejak awal, sangat konsen dengan persoalan umat Islam di Indonesia dan menempati level opini dan praktis.
Di level opini, IM berperan dalam menampilkan isu umat Islam Indonesia dan mengecam tindak kejahatan penjajah yang dilakukan di atas negeri Indonesia. Salah satu upaya itu adalah mengirimkan kawat telex kecaman penindasan Belanda atas Indonesia.
Terkait persoalan kemerdekaan rakyat Indonesia, kantor pusat IM mengirimkan surat protes kepada Sekjen Dewan Majelis Umum PBB dan Menteri Belanda di Mesir. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
“Serangan Membabi-buta Belanda ke Indonesia adalah tindakan penindasan terhadap dunia Arab dan Islam, serta rasa kemanusiaan secara umum. Oleh karena itu, IM, atas nama bangsa Arab dan Islam, meminta pertanggungjawaban negara Anda atas tumpahnya darah saudara muslim mereka di negeri Indonesia yang independen.”
IM di wilayah Lembah Nil, memprotes penjajahan Belanda atas bangsa Indonesia. Mereka meminta kepada PBB, atas nama dunia Arab dan Islam, untuk intervensi dalam urusan ini, menghentikan penjajahan dan memutuskan keputusan yang benar.
Dalam beberapa konfrensi IM, banyak dipertegas tentang penguatan hubungan antara negara-negara Arab dengan negara-negara tetangganya non Arab, seperti Indonesia.
Sebagai contoh, dalam konfrensi rakyat pertama IM yang diselenggarakan di Kairo pada bulan Oktober 1945 ada tuntutan wajib mengakui kemerdekaan Indonesia dan dijaga dari campur tangan asing manapun.
Al-Imam Al-Banna juga menempatkan isu penjajahan Indonesia ini dalam persoalan yang bisa menghadang kebangkitan Islam. Dalam risalah berjudul “Problematika kita dalam konteks sistem Islam” Al-Banna mengatakan; ”Dan Indonesia yang jumlah penduduknya mencapai 70 juta jiwa, dengan mayoritas muslim, ditekan oleh Belanda yang terus melanjutkan penjajahan Sekutu atas negeri-negeri Islam. Belanda ingin menjauhkan bangsa Indonesia dari hak utamanya untuk bebas dan merdeka.”
Bidang Hubungan Dunia Islam dan Isu Indonesia:
Adapun di level praktis, bidang hubungan Dunia Islam IM, sejak pendiriannya tahun 1944, menjalankan peran aktif untuk memperkuat hubungan antara IM di Mesir dan kaum muslimin Indonesia. Bidang ini sengaja menghubungkan negeri Islam satu dengan negeri-negeri lainnya, menyatukan kebijakan umum dan mendirikan komisi Timur Jauh, mencakup negara-negara timur dan tengah Asia, termasuk didalamnya Indonesia.
IM juga merangkul gerakan Islam pejuang di Indonesia. Salah satu gerakan itu adalah Gerakan Pejuang dibawah pimpinan Ahmad Soekarno, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir dan orang-orang yang serius berjuang hingga Indonesia mendapatkan kemerdekaannya. Kemudian mengumumkan deklarasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang ditanda-tangani oleh Soekarno dan Hatta.
IM memiliki pengaruh baik dalam gerakan Indonesia, bahkan sebuah partai Islam menyatakan bergabung dengan IM.
Demikianlah IM terus mendukung rakyat Indonesia hingga mencapai kemerdekaan tahun 1945. Beberapa delegasi Indonesia datang ke kantor pusat IM sehingga tali hubungan ini semakin kuat. Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al-Azhar memiliki peran dalam membawa ideologi IM saat mereka pulang ke negaranya lalu menyebarkannya.
Gaung Dakwah IM di Indonesia:
Indonesia menyambut baik dakwah IM. Pemuda dan putera-putera terbaik Indonesia bergabung dibawah panji IM. Rumah-rumah IM di Kairo dan negara-negara Arab menyambut para pejuang dan pemimpinnya. Kantor pusat IM, dari belakang, mensupport bangsa Indonesia semuanya, mendukung isu Indonesia. Bahkan membuat kolom khusus tentang isu Indonesia, dalam koran IM.
Secara terus terang, IM mengecam kekejaman Belanda yang memaksakan kehendaknya kepada bangsa Indonesia dengan kekuatan senjata.
Tanggal 20 Agustus 1946, Mursyid ‘Am IM menerima kawat telex dari warga Indonesia yang tinggal di Mekkah. Isinya sebagai berikut:
“Kami menyampaikan aspirasi atas upaya Anda dalam membela isu Indonesia dan sekaligus mengucapkan selamat atas setahun dari kemerdekaan Indonesia.”
Malam tanggal 6 Mei 1946, delegasi Indonesia dipimpin oleh H. Agus Salim, Deputi Menlu Indonesia berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Beliau mengungkapkan rasa terima kasih Indonesia atas dukungan IM kepada mereka.
Tanggal 10 November 1947, mantan PM Indonesia dan penasehat Presiden Soekarno, Sutan Syahrir, berkunjung ke kantor pusat dan koran IM. Kedatangann mereka disambut dengan gembira dan meriah oleh IM.
Kantor pusat IM mendukung komisi yang pernah dibentuk untuk solidaritas Indonesia dan Mursyid ‘Am dipilih menjadi salah satu anggotanya.
IM juga memberikan ruang besar, khususnya di majalah “Al-Muslimun” kepada pemikir-pemikir dan juru dakwah Indonesia untuk menuangkan ide-idenya di majalah tersebut. Salah satu contohnya, pejuang  Dr. M. Natsir yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran Imam Al-Banna dan manhaj IM dalam melakukan perubahan (reformasi). Ust. Abdullah al-Aqil, semoga Allah merahmatinya, mengomentari Dr. M. Natsir. Saat itu M. Natsir ditanya tentang ulama dan tokoh yang berpengaruh. Dalam jawabannya, M. Natsir menyebutkan, salah satu tokoh berpengaruh itu adalah Imam Hasan Al-Banna.
Imam Al-Banna dalam Pandangan Orang Indonesia:
Salah satu bentuk interaksi kuat antara IM dan bangsa Indonesia adalah catatan-catatan dari sejumlah rakyat Indonesia yang menyanjung ketokohan Imam Al-Banna. Catatan-catatan ini sudah dimuat dalam majalah “Al-Dakwah” edisi 104 tahun ketiga tanggal 25 Jumadil Awal 1372 H atau bertepatan 10 Februari 1953.
Ulama Indonesia, Ust. Muhammad Hasyim, mengomentari peran asy-Syahid Al-Banna dalam isu Indonesia:
“Memperingati kesyahidan Ust. Hasan Al-Banna, rakyat Indonesia mengingat upaya besar dan pengaruh dukungan beliau kepada isu Indonesia di Mesir dan timur Arab. Mereka mengenang dalam peringatan kesyahidan Al-Banna, apa yang mereka dapatkan dari dampak dakwah IM, yang diwakili oleh Imam asy-Syahid. Gaung dakwah IM dirasakan oleh seluruh kaum muslimin di Indonesia. Dakwah yang menyerukan untuk mengambil ajaran-ajaran Islam dan menerapkan risalah agungnya.
Almarhum Hasan Al-Banna, memiliki kenangan dakwah tersendiri di mata pemuda Indonesia karena konsen beliau membela isu Indonesia di negaranya, Mesir. Koran, majalah dan percetakan IM menjadi ruangan luas bagi aktualisasi kegiatan dan mengkampanyekan isu negaranya.
Saya berharap dalam peringatan ini, agar tali hubungan antara negara Indonesia dengan Mesir terus menguat. Saya mengharap IM bisa berjalan sesuai dengan konsep yang dirintis oleh Imam Syahid dalam berdakwah dan bekerjasama antar umat Islam. Semoga Allah ta’ala merahmati Imam Syahid dan meridhoinya.”
Ust. Ahmad Hasyim, perwakilan warga Indonesia di Mesir, di majalah yang sama (edisi 52) tanggal 16 Jumadil Awal 1371/ 13 Februari 1952, mengomentari dengan mengatakan:”Orang Indonesia menilai bahwa gerakan IM adalah gerakan Islam yang berupaya membebaskan bangsa-bangsa muslim dari penjajahan. Mereka menemukan prinsip-prinsip ini ada dalam IM dan upaya asy-Syahid Imam Al-Banna dalam membela isu Indonesia bersama perjuangannya. Sehingga buku dan majalah IM menjadi pusat perjuangan membela Indonesia untuk meraih kemerdekaannya.
Oleh karena itu, para pemimpin Indonesia yang sedang berkunjung ke Mesir, dari berakhirnya perang hingga kesyahidan Imam Syahid Al-Banna, selalu kunjungan dan ketemu dengan Al-Banna selalu menjadi agenda utama kunjungan mereka itu.
Dari sejumlah pertemuan dengan Almarhum Hasan Al-Banna, penulis menemukan kekuatan Islam dalam dirinya. Beliau sangat konsen dengan isu-isu pembebasan negeri-negeri Islam dari penjajahan. Kita berhutang budi kepada asy-Syahid Al-Banna.
Sumber rujukan:
-          Majmu’atur rasail Imam asy-Syahid Hasan Al-Banna, dar tauzi wan nasr Islamiyah.
-          Qolu ‘anil Imam Al-Banna, Jum’ah Amin Abdul Aziz, Syarikah Basair wal buhus wad dirasat.
-          Silsilah min turotsil Imam Al-Banna; Qodhoya Alam Islami, Syarikah Basair wal buhus wad dirasat.
-          Silsilah min turotsil Imam Al-Banna; ilal ummah nahidhoh, Syarikah Basair wal buhus wad dirasat.
-          Min A’lami dakwah wal harokah islamiyah al-muaseroh: Ust. Abdullah al-Aqil, jilid pertama, cet. Darul Bashir.
-          ikhwan wikipidea.

Kamis, 05 Januari 2012

Syahadat sejak Nabi pertama

Syahadat sejak Nabi pertama

Firman Allah ta'ala yang artinya,

"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh." (QS Al Ahzab 33:7)

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: `Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya'. Allah berfirman: `Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?' Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: `Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu`. (QS Ali Imran 3:81)

Dalam memahami firman Allah ta'ala di atas kita dapat mengikuti dari apa yang disampaikan oleh Imam Sayyidina Ali ra, "Setiap kali Allah subhanahu wa ta'ala. mengutus seorang nabi, mulai dari Nabi Adam a.s sampai seterusnya, maka kepada nabi-nabi itu Allah subhanahu wa ta'ala menuntut janji setia mereka bahwa jika nanti Rasulallah shallallahu alaihi wasallam. diutus, mereka akan beriman padanya, membelanya dan mengambil janji setia dari kaumnya untuk melakukan hal yang sama'.

Dari dalil-dalil tersebut kita dapat pahami bahwa dari sejak Nabi Adam a.s , para Nabi telah disampaikan akan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai Rasul yang terakhir yang akan membenarkan apa yang dibawa oleh para Nabi sebelumnya

Jadi pada hakikat para Nabi sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga bersyahadat

Hal ini disampaikan sebagai peringatan bagi kaum Yahudi dan kaum Nasrani yang menyembunyikan adanya syahadat para Nabi dalam kitab-kitab Injil dan Taurat

Firman Allah ta'ala yang artinya "Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan." (QS Al Baqarah [2]:140 )

Kaum Yahudi dan Kaum Nasrani telah mengetahui akan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

Firman Allah ta'ala yang artinya,
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." ( QS Al Baqarah [2]:146 )

"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS Al Baqarah [2]: 132 )

"Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik" (QS Al Baqarah [2]: 139 )

"Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka" (QS Ali Imran [3]: 19)

Barangsiapa yang berpaling sesudah Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wassalam diutus dengan kitab Al-Qur'an yang membenarkan kitab-kitab Allah sebelumnya maka mereka termasuk orang-orang yang fasik, orang yang berpaling atau tidak mengindahkan perintah Allah ta'ala. Akhir bagi mereka adalah neraka jahanamlah sebagaimana firmanNya yang artinya:
"Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya." ( QS As Sajadah [32]:20 )

"Katakanlah:"Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". (QS Al Maa'idah [5]:68 )

"Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.." (QS.Ali Imran [3] : 110)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: " Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka."

Diriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang orang-orang yang dimurkai", beliau bersabda, `Kaum Yahudi.' Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, "Kaum Nasrani."

Firman Allah ta'ala yang artinya, "Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) " (QS Al Baqarah [2]:256)

Tidak ada paksaan namun pada ayat yang sama dijelaskan bahwa "Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat" (QS Al Baqarah [2]:256)

Pilihan bagi manusia hanyalah dua pilihan antara yang haq dan bathil . Pilihannya hanyalah beragama Islam atau tidak beragama Islam karena tidak ada agama selain agama Islam. Setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam di utus oleh Allah Azza wa Jalla maka pilihannya hanyalah bersyahadat atau tidak bersyahadat. Petunjuk / ilham akan pilihan ini telah dihujamkan ke jiwa (qalbu) setiap manusia tanpa kecuali

Firman Allah ta'ala yang artinya,
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya". (QS Asy Syams [91]:8)
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan" (QS Al Balad [90]:10)

Setiap manusia akan mempertanggungjawabkan pilihan mereka di akhirat kelak.

Firman Allah ta'ala yang artinya, "Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan" (QS An Nahl [16:93 )

Walaupun Allah ta'ala menetapkan seorang manusia terlahir pada keluarga Yahudi , keluarga Nasrani maupun keluarga non muslim lainnya namun mereka tetap diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak atas pilihan mereka karena seluruh manusia jiwa/qalbu nya telah diilhamkan pilihan (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, pilihan yang haq dan bathil.

Firman Allah ta'ala yang artinya, "Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai" (QS Anbiyaa' [21]:23 )

Mereka yang memilih yang bathil sehingga mereka tidak bersyahadat maka mereka akan termasuk orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap yang telah bersyahadat

Firman Allah ta'ala yang artinya, "orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik" ( QS Al Maaidah [5]: 82 )

Sedangkan mereka yang memilih yang haq sehingga mereka bersyahadat maka mereka bersaudara

Firman Allah ta'ala yang artinya, "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" ( Qs. Al-Hujjarat :10)

Rasulullah bersabda kepada Mu'adz bin Jabal ra, "Ya Mu`adz bin Jabal ma min ahadin Yashaduan la illaha illallahu washadu anna muhammadan rasullullahi sidqan min qalbihi illa ahrramahu allahu alla annari ",

Ya Mu'adz bin Jabal, tak ada satu orang pun yang bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad rasul Allah yang ucapan itu betul-betul keluar dari kalbunya yang suci kecuali Allah mengharamkan orang tersebut masuk neraka. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Jika seseorang bersyahadat sidqan min qalbihi, betul-betul keluar dari qalbunya atau merasuk kedalam qalbunya maka dia akan tidak masuk ke neraka karena "hati" nya akan menggerakkannya untuk mentaati Allah ta'ala dan RasulNya, melaksanakan perkara syariat (syarat sebagai hamba Allah) yakni menjalankan segala kewajibanNya (ditinggalkan berdosa), menjauhi segala laranganNya (dikerjakan berdosa) dan menjauhi segala apa yang diharamkanNya (dikerjakan berdosa) serta mereka memperjalankan dirinya agar sampai (wushul) kepada Allah ta'ala, sehingga sebenar-benarnya menyaksikan (melihat) Allah dengan hati dan mereka mencapai muslim yang Ihsan, muslim berma'rifat.

Apakah Ihsan ?

Lalu dia bertanya lagi, `Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ` Beliau menjawab, `Kamu takut (takhsya / khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.' (HR Muslim 11) Link: http://www.indoquran.com/index.php?surano=2&ayatno=3&action=display&option=com_muslim

Rasulullah bersabda "Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada". (HR. Ath Thobari)

Ada dua kondisi yang dicapai oleh muslim yang ihsan atau muslim yang telah berma'rifat
Kondisi minimal adalah mereka yang selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla
Kondiri terbaik adalah mereka yang dapat melihat Allah Azza wa Jalla dengan hati (ain bashiroh)

Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi'lib Al-Yamani,
"Apakah Anda pernah melihat Tuhan?"
Beliau menjawab, "Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?"
"Bagaimana Anda melihat-Nya?" tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab "Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati"

Sebuah riwayat dari Ja'far bin Muhammad beliau ditanya: "Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?" Beliau menjawab: "Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah". Bagaimana anda melihat-Nya? dia menjawab: "Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman."

Muslim berma'rifat adalah mereka yang minimal selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla dan yang terbaik adalah mereka yang dapat melihat Allah ta'ala dengan hati, mereka akan menghindarkan dirinya dari sikap dan perbuatan yang dibenciNya, menghindarkan dirinya dari perbuatan maksiat, menghindarkan dirinya dari perbuatan keji dan mungkar.

Muslim berma'rifat, mereka yang memperjalankan dirinya agar sampai (wushul) kepada Allah ta'ala dicontohkan dan diungkapkan oleh Rasulullah sebagai "aku mendengar derap sandalmu di dalam surga" (HR Muslim 4497) sebagaimana telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/29/derap-sandalmu/ dan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/05/perjalankanlah-diri-kita/

Imam Al Qusyairi mengatakan bahwa, "Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)".

Syaikh Ibnu Athoillah mengatakan

"Sesungguhnya yang terhalang adalah anda, hai kawan. Karena anda sebagai manusia menyandang sifat jasad, sehingga terhalang untuk dapat melihat Allah. Apabila anda ingin sampai melihat Allah, maka intropeksi ke dalam, lihatlah dahulu noda dan dosa yang terdapat pada diri anda, serta bangkitlah untuk mengobati dan memperbaikinya, karena itu-lah sebagai penghalang anda. Mengobatinya dengan bertaubat dari dosa serta memperbaikinya dengan tidak berbuat dosa dan giat melakukan kebaikan".

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaikan, mereka yang sadar diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jalla dengan qalbunya, ketika terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurkan hijab-hijab antara diri mereka dengan DiriNya.
Semua banungan runtuh tinggal maknanya. Seluruh sendi-sendi putus dan segala milik menjadi lepas, tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa Jalla.
Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka, tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar. Jika sudah benar sempurnalah semua perkara baginya.
Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total dan senantiasa terus demikian dalam menjalani ujian di RumahNya.

Jika bersyahadat sidqan min qalbihi maka mereka akan mengikuti sunnah Rasulullah untuk tidak mencela, menghujat, memperolok-olok, merendahkan atau bahkan membunuh manusia yang telah bersyahadat tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat Islam sebagaimana contohnya yang telah dilakukan oleh sebuah "sekte berdarah" yang diuraikan dalam tulisan pada http://www.aswaja-nu.com/2010/01/dialog-syaikh-al-syanqithi-vs-wahhabi_20.html atau pada http://www.facebook.com/photo.php?fbid=220630637981571&set=a.220630511314917.56251.100001039095629

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran". (HR Muslim).

Kita dapat memahami jika seseorang mengaku-aku mengikuti Rasulullah (ittiba' li Rasulihi) namun mereka mencela, menghujat, memperolok-olok, merendahkan atau bahkan membunuh saudara muslimnya sendiri maka mereka akan masuk neraka karena mereka terjerumus dalam kekufuran menjadi kaum munafik, berbeda antara yang dikatakannya dengan kenyataannya.

Jadi kalau diantara sesama muslim bermusuhan maka perlu intropeksi kembali syahadat yang telah diucapkan atau mereka boleh jadi telah kembali menjadi orang-orang kafir (orang-orang musyrik) sehingga termasuk orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap yang telah bersyahadat sebagaimana firman Allah ta'ala dalam QS Al Maaidah [5]: 82 di atas.

Boleh jadi timbul rasa permusuhan karena mereka telah kembali menjadi orang-orang kafir sbagaimana yang telah disampaikan oleh Imam Sayyidina Ali ra

Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : "Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir."
Seseorang bertanya kepadanya : "Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?"
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : "Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta'ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan." (Imam Ibn Al-Mu'allim Al-Qurasyi (w. 725 H) dalam Kitab Najm Al-Muhtadi Wa Rajm Al-Mu'tadi).

Oleh karenanya agar tidak terjerumus ke dalam kekufuran , dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat Allah, sebaiknyalah kita memperhatikan batas-batas yang disampaikan oleh para ulama terdahulu seperti,

Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam "Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn `Arabi" mengatakan "Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir secara pasti."

Imam Ahmad ar-Rifa'i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, "Sunu `Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri", "Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran".

Tulisan kali ini kami akhiri dengan nasehat dan munajat dari Syaikh Ibnu Athoillah

"Seandainya Anda tidak dapat sampai / berjumpa kehadhirat Allah, sebelum Anda menghapuskan dosa-dosa kejahatan dan noda-noda keangkuhan yang melekat pada diri anda, tentulah anda tidak mungkin sampai kepada-Nya selamanya.
Tetapi apabila Allah menghendaki agar anda dapat berjumpa denganNya , maka Allah akan menutupi sifat-sifatmu dengan sifat-sifat Kemahasucian-Nya , kekuranganmu dengan Kemahasempurnaan-Nya.
Allah Ta'ala menerima engkau dengan apa yang Dia (Allah) karuniakan kepadamu, bukan karena amal perbuatanmu sendiri yang engkau hadapkan kepada-Nya."

"Ya Tuhan, yang berada di balik tirai kemuliaanNya, sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan, keindahan dan keagunganNya, sehingga nyatalah bukti kebesaranNya dalam hati dan perasaan. Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembunyi padahal Engkaulah Dzat Yang Zhahir, dan bagaimana Engkau akan Gaib, padahal Engkaulah Pengawas yang tetap hadir. Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepadaNya kami mohon pertolongan"

Wassalam

Rabu, 04 Januari 2012

Gallery 2006




2006





Studi Islam

posko kebakaran

Gallery 2007




2007





Posko Banjir

Pilkada

Gallery 2009




2009





Futsal Ramadhan DPC

Sohibul Iman

Nurmansyah Lubis

Kampanye

Pemilu

Gallery 2010




2010





I'tikaf

Aksi Save Palestine

Bukber 1431H

P2B donasi Gunung Merapi

Qurban DPC 1431H

Studi Islam DPC

Musda 2 DPD

Gallery 2011




2011





Bakar ayam sate dan Silahturahim

Risol

Makkah

Milad PKS ke-13

Sarapan Pagi DPC dan Mabit

Futsal DPC Cup (1)

Rihlah

Futsal DPC Cup (2)

BukBerTok

Futsal Bang Sani Cup DPC/ Jakarta

Qurban 1432H Bang Sani

Sohibul Iman DPD-DPC-DPRa

Sabtu, 31 Desember 2011

Anis Matta: Dahlan Iskan Layak Jadi Capres

SURABAYA- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menilai sosok Menteri Negera (Meneg) BUMN Dahlan Iskan layak untuk menjadi calon presiden.

"Kami kira Dahlan Iskan memang layak untuk maju sebagai Capres," kata Sekjen DPP PKS Anis Matta usai temu kader di Hotel Oval, Jalan Diponegoro, Surabaya, Sabtu (24/12/2011).

Sayangnya, Anis tidak menyebut alasan terkait mewacanakan mantan Dirut PLN ini untuk duduk dikursi RI 1 itu.

Selain itu, beberapa tokoh lain yang layak berpeluang sebagi capres pada 2014 nanti. Seperti, Anas Urbaningrum, Abu Rizal Bakrie, Prabowo Subianto, Djoko Suyanto, Pramono Edi Wibowo dan juga Hatta Rajasa. "Pak Mahfud MD juga pantas untuk nyapres," tambahnya.

Menurutnya, semakin banyak calon yang akan bertarung dalam Pilpres tentunya akan lebih baik. Hal itu, dapat mencerminkan demokrasi yang sudah ada berjalan dengan mulus. Namun, kata Anis, seharusnya aturan terkait pencalonan ada perubahan.

Seperti President Threashold diturunkan tidak 20 persen, minimal sama dengan Parlementary Threashold. Hal itu, tentunya membuka peluang bagi partai yang lolos PT untuk mengusung calon. Kemudian, deklarasi capres juga harus lebih awal. Dengan demikian masyarakat akan lebih tahu calon-calon yang akan memimpin negeri ini.

Indonesia sendiri, memiliki banyak calon-calon pemimpin yang bagus meski bukan dari kalangan partai. "Indonesia banyak calon-calon yang kualifikasinya baik meski tidak dari orang partai," cetusnya.

Sedangkan di internal PKS sendiri memiliki beberapa tahapan untuk mengusung calon presiden. Pertama adalah kajian dari Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PKS dan mendorong kader internal yang potensial untuk maju. Kedua, PKS sudah membentuk panitia seleksi untuk kriteria pencapresan hingga penetapan.

"Sampai sejauh ini masih proses dan belum mengkerucut sebuah nama capres yang akan diusung PKS," katanya.

*)http://news.okezone.com/read/2011/12/24/337/546866/pks-lihat-dahlan-iskan-bisa-masuk-bursa-capres

Ini Pejabat yang Tak Sungkan Berdesakan di KRL

[detik.com] Jakarta - Di jam-jam sibuk, umumnya kereta rel listrik (KRL) di Jabodetabek disesaki penumpang. Rupanya sedikit dari banyaknya pejabat di negeri ini tidak sungkan menggunakan KRL dan transportasi umum lainnya. Siapa saja?




1. Tb Soenmandjaja Rukmandis


Anggota DPR dari FPKS ini mengaku sehari-hari menggunakan angkutan umum untuk menuju Gedung DPR. Dari rumahnya yang terletak di Bogor, Kang Soenman, demikian dia biasa disapa, berjalan kaki menuju tempat angkot ngetem. Perjalanan dia lanjutkan menggunakan KRL hingga Stasiun Karet. Nah, dari stasiun ini, Kang Soenman memilih naik Kopaja 608 jurusan Blok M - Tanah Abang hingga ke Gedung Dewan.

Padahal kalau mau, Soenman bisa menggunakan Toyota Rush dan Suzuki APV yang terparkir di rumahnya. Namun dia lebih suka berangkat kerja dengan angkutan umum karena lebih irit. Berdesakan di KRL bukanlah masalah, karena Soenman bisa bertemu banyak orang untuk menyerap aspirasi.


2. Akbar Faizal

Politikus dari Partai Hanura, Akbar Faizal, juga salah satu pejabat yang menyimpan mobilnya dan memilih menggunakan kendaraan umum saat pergi ke tempat kerja. Akbar yang tinggal di Depok, Jawa Barat, tidak mau kehilangan banyak waktu di jalan karena macet. Itu makanya dia memilih menggunakan KRL.

Biasanya Akbar naik dari Stasiun KA Depok Lama dan turun di Stasiun Dukuh Atas. Lalu dia melanjutkan perjalanan ke Gedung DPR dengan menumpang taksi atau ojek. Akbar menaruh mobilnya di Gedung DPR karena terkadang dia harus menghadiri kegiatan Dewan di luar Gedung DPR. Untuk diketahui, Akbar memiliki Honda Civic keluaran 2008 dan Honda CRV edisi 2009 yang dibelinya sebelum menjadi anggota Dewan.

3. Aus Hidayat Nur

Anggota DPR Aus Hidayat Nur juga salah satu penumpang setia KRL. Mengingat rumahnya terletak di Jalan Kelapa Dua Raya RTM Cimanggis, Depok, maka Aus menjadikan KRL sebagai kendaraan umum andalan. Selain lebih efektif dan efisien, Aus juga menggunakan KRL untuk menerapkan hidup sederhana.

Bagi pria yang lama berkecimpung di dunia bisnin multi level marketing ini, jabatan di DPR hanyalah 5 tahun. Karena itu tak sewajarnya jika lantas membuatnya menjalani gaya hidup mewah.

Biasanya politus PKS ini keluar dari rumah dengan menumpang sepeda motor anaknya hingga Stasiun Universitas Indonesia. Kemudian dia naik KRL hingga ke Stasiun Tanah Abang. Perjalanan ke Gedung DPR dilanjutkannya dengan menggunakan ojek. Namun bila kegiatan di parlemen tak padat, ia terkadang menggunakan Proton Exora, mobil produksi Malaysia yang dibeli dengan cara mencicil ini.

4. Bambang Widjojanto

Pria yang baru saja duduk di kursi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi ini adalah penggemar KRL. Bagi Bambang, alat transportasi umum memang sudah sangat akrab baginya. Dia tak pernah gengsi menggunakan KRL atau ojek untuk mengantar dia ke tempatnya bekerja. Namun bukan berarti dirinya sama sekali mengharamkan mengendarai mobil.

Mengingat rumahnya di Depok Timur dengan kantor KPK yang di Kuningan, Jakarta Selatan, cukup jauh, maka KRL adalah pilihan transportasi yang paling rasional. Meski sudah jadi anggota KPK, dia akan tetap memprioritaskan memakai ojek atau KRL untuk bekerja.

5. Dahlan Iskan

Dahlan Iskan selama menjadi Menteri BUMN sedah dua kali terpergok menaiki KRL. Pada 5 Desember lalu, Dahlan menaiki KRL tanpa pengawalan. Kegiatan itu dilakukan Dahlan untuk melihat pelayanan dan operasional BUMN transportasi tersebut..

Kegiatan serupa dilakukannya hari ini, Jumat (23/12/2011) saat akan menghadiri sidang kabinet yang digelar di Istana Bogor. Mantan Dirut PLN ini naik dari Manggarai menuju Bogor. Setibanya di Stasiun Bogor, perjalanan ke Istana Bogor dilanjutkan dengan menggunakan ojek.

Masih ada beberapa pejabat yang terlihat bersahaja jika ditilik dari penggunaan kendaraan umum. Misalnya saja anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Budiman Sujatmiko. Saat ini dia tengah menyicil rumah sederhana dan tak segan ngojek ke kantornya di Senayan.

Anggota Komisi IX dari F-PDIP Nursuhud juga sejak dilantik jadi anggota dewan tetap memakai ojek. Dia mengaku punya mobil, tapi sering digunakan anaknya. Ojek menjadi pilihan dia lantaran bisa mengantarkannya ke Gedung DPR tepat waktu.

Dengan menaiki angkutan umum, para pejabat itu memang terkesan sederhana dan membumi. Meski beberapa dari mereka lebih mempertimbangkan efisiensi saat memilih menggunakan angkutan umum. Semoga pejabat yang naik angkutan umum ini semakin banyak, dan bukan hanya untuk meningkatkan citra.

*)http://www.detiknews.com/read/2011/12/23/114601/1798352/10/ini-pejabat-yang-tak-sungkan-berdesakan-di-krl?991104topnews

[Kajian Hadits] - Keutamaan Iffah dan Bersabar

(Ditulis oleh: Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di)

Abu Sa’id al-Khudri menyampaikan sabda Rasulullah SAW yang mulia:

وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ


“Siapa yang menjaga kehormatan dirinya—dengan tidak meminta kepada manusia dan berambisi untuk beroleh apa yang ada di tangan mereka—Allah akan menganugerahkan kepadanya iffah (kehormatan diri). Siapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupinya (sehingga jiwanya kaya/merasa cukup dan dibukakan untuknya pintu-pintu rezeki). Siapa yang menyabarkan dirinya, Allah akan menjadikannya sabar. Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421)

Hadits yang agung ini terdiri dari empat kalimat yang singkat, namun memuat banyak faedah lagi manfaat.


Pertama: Ucapan Nabi

وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ

“Siapa yang menjaga kehormatan dirinya—dengan tidak meminta kepada manusia dan berambisi untuk beroleh apa yang ada di tangan mereka—Allah akan menganugerahkan kepadanya iffah.”

Kedua: Ucapan Nabi

وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ

“Siapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupinya (sehingga jiwanya kaya/merasa cukup dan dibukakan untuknya pintu-pintu rezeki).”

Dua kalimat di atas saling terkait satu sama lain, karena kesempurnaan seorang hamba ada pada keikhlasannya kepada Allah, dalam keadaan takut dan berharap serta bergantung kepada-Nya saja. Adapun kepada makhluk, tidak sama sekali. Oleh karena itu, seorang hamba sepantasnya berupaya mewujudkan kesempurnaan ini dan mengamalkan segala sebab yang mengantarkannya kepadanya, sehingga ia benar-benar menjadi hamba Allah semata, merdeka dari perbudakan makhluk.

Usaha yang bisa dia tempuh adalah memaksa jiwanya melakukan dua hal berikut.

1. Memalingkan jiwanya dari ketergantungan kepada makhluk dengan menjaga kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapatkan apa yang ada di tangan mereka, hingga ia tidak meminta kepada makhluk, baik secara lisan (lisanul maqal) maupun keadaan (lisanul hal).

Oleh karena itu, Rasulullah bersabda kepada Umar:

مَا أَتَاكَ مِنْ هذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ, وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ

“Harta yang mendatangimu dalam keadaan engkau tidak berambisi terhadapnya dan tidak pula memintanya, ambillah. Adapun yang tidak datang kepadamu, janganlah engkau menggantungkan jiwamu kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no. 1473 dan Muslim no. 2402)

Memutus ambisi hati dan meminta dengan lisan untuk menjaga kehormatan diri serta menghindar dari berutang budi kepada makhluk serta memutus ketergantungan hati kepada mereka, merupakan sebab yang kuat untuk mencapai ‘iffah.

2. Penyempurna perkara di atas adalah memaksa jiwa untuk melakukan hal kedua, yaitu merasa cukup dengan Allah, percaya dengan pencukupan-Nya. Siapa yang bertawakal kepada Allah, pasti Allah l akan mencukupinya. Inilah yang menjadi tujuan.

Yang pertama merupakan perantara kepada yang kedua ini, karena orang yang ingin menjaga diri untuk tidak berambisi terhadap yang dimiliki orang lain, tentu ia harus memperkuat ketergantungan dirinya kepada Allah, berharap dan berambisi terhadap keutamaan Allah dan kebaikan-Nya, memperbaiki persangkaannya dan percaya kepada Rabbnya. Allah itu mengikuti persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan. Sebaliknya, bila ia bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang disangkanya.

Setiap hal di atas meneguhkan yang lain sehingga memperkuatnya. Semakin kuat ketergantungan kepada Allah, semakin lemah ketergantungan terhadap makhluk. Demikian pula sebaliknya.

Di antara doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, iffah, dan kecukupan.” (HR. Muslim no. 6842 dari Ibnu Mas’ud)

Seluruh kebaikan terkumpul dalam doa ini. Al-huda (petunjuk) adalah ilmu yang bermanfaat, ketakwaan adalah amal saleh dan meninggalkan seluruh yang diharamkan. Hal ini membawa kebaikan agama.

Penyempurnanya adalah baik dan tenangnya hati, dengan tidak berharap kepada makhluk dan merasa cukup dengan Allah. Orang yang merasa cukup dengan Allah, dialah orang kaya yang sebenarnya, walaupun sedikit hartanya. Orang kaya bukanlah orang yang banyak hartanya. Akan tetapi, orang kaya yang hakiki adalah orang yang kaya hatinya.

Dengan ‘iffah dan kekayaan hati sempurnalah kehidupan yang baik bagi seorang hamba. Dia akan merasakan kenikmatan duniawi dan qana’ah/merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya.

Ketiga: Ucapan Nabi

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ

“Siapa yang menyabarkan dirinya, Allah akan menjadikannya sabar.”

Keempat: Bila Allah memberikan kesabaran kepada seorang hamba, itu merupakan pemberian yang paling utama, paling luas, dan paling agung, karena kesabaran itu akan bisa membantunya menghadapi berbagai masalah. Allah berfirman: “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (Al-Baqarah: 45) --Maknanya, dalam seluruh masalah kalian.

Sabar itu, sebagaimana seluruh akhlak yang lain, membutuhkan kesungguhan (mujahadah) dan latihan jiwa. Karena itulah, Rasulullah n mengatakan: وَمَنْ يَتَصَبَّرْ “memaksa jiwanya untuk bersabar”, balasannya: يُصَبِّرهُ اللهُ “Allah akan menjadikannya sabar.” --Usaha dia akan berbuah bantuan Allah terhadapnya.

Sabar itu disebut pemberian terbesar, karena sifat ini berkaitan dengan seluruh masalah hamba dan kesempurnaannya. Dalam setiap keadaan hamba membutuhkan kesabaran.
Ia membutuhkan kesabaran dalam taat kepada Allah sehingga bisa menegakkan ketaatan tersebut dan menunaikannya.

Ia membutuhkan kesabaran untuk menjauhi maksiat kepada Allah sehingga ia bisa meninggalkannya karena Allah.

Ia membutuhkan sabar dalam menghadapi takdir Allah yang menyakitkan sehingga ia tidak menyalahkan/murka terhadap takdir tersebut. Bahkan, ia pun tetap membutuhkan sabar menghadapi nikmat-nikmat Allah dan hal-hal yang dicintai oleh jiwa sehingga tidak membiarkan jiwanya bangga dan bergembira yang tercela. Ia justru menyibukkan diri dengan bersyukur kepada Allah.

Demikianlah, ia membutuhkan kesabaran dalam setiap keadaan. Dengan sabar, akan diperoleh keuntungan dan kesuksesan. Oleh karena itulah, Allah menyebutkan ahlul jannah (penghuni surga) dengan firman-Nya:

Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar-Ra’d: 23—24)

Demikian pula firman-Nya:

“Mereka itulah yang dibalasi dengan martabat yang tinggi dalam surga karena kesabaran mereka….” (Al-Furqan: 75)

Dengan kesabaranlah mereka memperoleh surga berikut kenikmatannya dan mencapai tempat-tempat yang tinggi.

Seorang hamba hendaklah meminta keselamatan kepada Allah, agar dihindarkan dari musibah yang ia tidak mengetahui akibatnya. Akan tetapi, bila musibah itu tetap menghampirinya, tugasnya adalah bersabar. Kesabaran merupakan hal yang diperintahkan dan Allah-lah yang menolong hamba-Nya.

Allah menjanjikan dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya bahwa orang-orang yang bersabar akan beroleh ganjaran yang tinggi lagi mulia.

Allah berjanji akan menolong mereka dalam semua urusan, menyertai mereka dengan penjagaan, taufik dan pelurusan-Nya, mencintai dan mengokohkan hati serta telapak kaki mereka.

Allah akan memberikan ketenangan dan ketenteraman, memudahkan mereka melakukan banyak ketaatan. Dia juga akan menjaga mereka dari penyelisihan. Dia memberikan keutamaan kepada mereka dengan shalawat, rahmat, dan hidayah ketika tertimpa musibah.

Dia mengangkat mereka kepada tempat-tempat yang paling tinggi di dunia dan akhirat.
Dia berjanji menolong mereka, memudahkan menempuh jalan yang mudah, dan menjauhkan mereka dari kesulitan.

Dia menjanjikan mereka memperoleh kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan.
Dia juga akan memberi mereka pahala tanpa hitungan.

Dia akan mengganti apa yang luput dari mereka di dunia dengan ganti yang lebih banyak dan lebih baik daripada hal-hal yang mereka cintai yang telah diambil dari mereka.

Allah pun akan mengganti hal-hal tidak menyenangkan yang menimpa mereka dengan ganti yang segera, banyaknya berlipat-lipat daripada musibah yang menimpa mereka.
Sabar itu pada mulanya sulit dan berat, namun pada akhirnya mudah lagi terpuji akibatnya. Ini sebagaimana dikatakan dalam bait syair berikut.

وَالصَّبْرُ مِثْلُ اسْمِهِ مُرٌّ مَذَاقَتُهُ
لَكِنَّ عَوَاقِبَهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ

Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya
Akan tetapi, akibatnya lebih manis daripada madu.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

(Diterjemahkan Ummu Ishaq al-Atsariyyah dari kitab Bahjatu Qulubil Abrar wa Qurratu ‘Uyunil Akhyar fi Syarhi Jawami’il Akhbar, hadits ke-33, hlm. 9l—93, Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di)

*)http://asysyariah.com/keutamaan-iffah-dan-bersabar.html#more-3284



*posted by: Blog PKS Al-Kwitang - Bekerja Untuk Indonesia

Kamis, 29 Desember 2011

Keterangan Yusril Sejalan dengan Langkah PKS Memecat Supendi


JAKARTA—Pengacara yang ditunjuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk menangani kasus gugatan Yusuf Supendi, Zainuddin Paru mengemukakan, pernyataan mantan Menteri Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra sama sekali tidak memberatkan kliennya. Bahkan Yusril, dalam kapasitasnya sebagai saksi ahli memberikan wawasan tentang  kedudukan partai politik dalam  ketatanegaraan.

Yusril dalam kapasitasnya sebagai ahli hukum Tatanegara diajukan Yusuf Supendi sebagai saksi ahli dalam persidangan gugatan yang bersangkutan terhadap PKS. Yusril memberikan kesaksiannya pada persidangan hari Selasa (6/12) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Menurut Zainuddin, Yusril berpendapat, dalam hal yang bersifat teknis seperti kegiatan partai politik, termasuk di dalamnya soal pemberian sanksi terhadap anggota partai, semuanya diatur dan tunduk kepada AD/ART, serta peraturan partai.

Sementara itu, langkah PKS memecat Yusuf Supendi  karena yang bersangkutan dianggap telah melanggar AD/ART serta peraturan partai. Karena itu, papar Zainuddin,  keterangan Yusril di hadapan majelis yang memeriksa gugatan perbuatan melawan hukum Yusuf Supendi itu, sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Dewan Pengurus Pusat PKS dalam proses pemecatan Yusuf Supendi.

Zainuddin menambahkan, kesalahan ataupun penyimpangan yang dilakukan seseorang sama nilainya, tidak dibedakan apakah yang bersangkutan memiliki kedudukan tinggi di pengurusan partai atau tidak. “Di PKS tidak ada orang yang istimewa atau kebal hukum. Semua berjalan di atas sistem, termasuk terhadap penggugat, Yusuf Supendi,” kata Zainuddin.

“Apakah dia pendiri atau anggota biasa, jika melakukan kesalahan sanksinya sama. Tidak dibeda-bedakan,” papar dia.

Pemecatan terhadap Yusuf Supendi, urai Zainuddin, sudah sesuai dengan mekanisme dan peraturan partai sebagaimana termaktub dalam AD/ART PKS, serta sesuai dengan UU Partai Politik No. 31 Tahun 2002 dan UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik.

Sebelumnya, pengacara PKS menolak kehadiran Yusril sebagai saksi ahli dalam persidangan. Alasannya,  Yusril adalah ahli hukum Tatanegara. Sementara kasus gugatan Yusuf Supendi kepada PKS adalah persoalan hukum Perdata. Sehingga Zainuddin menganggap, Yusril tidak tepat dihadirkan sebagai saksi ahli dalam kasus tersebut.

Majelis Hakim menyatakan mencatat keberatan pengacara PKS, namun meminta agar kesaksian Yusril didengar. Apalagi Yusril menyatakan hanya akan memberikan kesaksian sesuai dengan kapasitasnya sebagai ahli tata negara, dan tidak akan masuk dalam hal-hal yang bersifat teknis, termasuk soal pemberian sanksi. Karena hal tersebut merupakan urusan internal partai yang diatur dalam AD/ART dan aturan-aturan turunannya yang tertuang dalam peraturan partai.

Rabu, 28 Desember 2011

Bertemu Karena Allah, dan Berpisah Karena Allah


Sebelum Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam wafat, beliau sempat menyiapkan pasukan di bawah panglima muda, Usamah bin Zaid, yang ditugaskan mengamakan perbatasan dari serangan Romawi. Inilah peninggalan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, sebelum wafat. Betapa beliau sangat memperhatikan keselamatan umatnya dari ancaman orang-orang Romawi.

Ketika Abu Bakar As-Shiddiq menjadi khalifah , para shahabat utama mengusulkan agar pasukan yang belum sempat diberangkatkan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam itu, tidak diberangkatkan, tetapi digunakan untuk menjaga kota Madinah yang terancam musuh. Madinah menghadapi ancaman dari orang-orang yang murtad.

Abu Bakar ra menolak usulan shahabat utama itu. Khalifah pertama itu menjawab dengan kata-kata yang mencerminkan limpahan kekuatan, keteguhan iman, tekad dan komitmentnya yang tidak dapat ditawar-tawar mengikuti jejak Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam.

"Wallahi. Aku tidak akan membatalkan apa yang telah diputuskan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, sekalipun burung-burung menyambar kita, binatang buas mengepung Madinah, dan anjing-anjing menyeret Ummul Mukminin. Aku akan tetap memberangkatkan pasukan Usamah! Dan seandainya di negeri ini tidak ada yang tersisa kecuali aku, pasti aku akan tetap melaksanakana itu", tegas Abu Bakar as-Shiddiq.

Usamah ketika itu usianya baru 20 tahun, sedangkan di dalam pasukan itu, banyak para sahabat utama dari Anshar dan Muhajirin yang lebih senior, dan para shahabat meminta kepada Umar ibn Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar agar mengganti Usamah. Tetapi, Abu Bakar malah marah. Sambil memegang janggut Umar, kemudian Abu Bakar berkata : "Engkau meminta aku untuk mengganti orang yang telah ditunjuk oleh Rasulullah?", tegasnya.

Akhirnya, Abu Bakar melepaskan pasukan yang dipimpin Usamah. Khalifah yang menggantikan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, mengantarkan pasukan yang dipimpin Usamah, hingga keluar kota Madinah, dan Abu Bakar berjalan kaki, sedangkan Usamah menaiki kuda.

Usamah berkata : "Wahai Khalifah Rasulullah. Kita naik kuda ber sama-sama atau berjalan kaki bersama-sama". Kemudian Abu Bakar menukasnya : "Tidak. Naiklah. Aku ingin mengotori kakiku dengan debu fi sabilillah beberapa jam lamanya", ucapnya.

Abu Bakar memberikan tausiah saat melepas pasukan, sebagai bukti pemahamannya yang mendalam terhadap ruh al-Qur'an.

"Janganlah kalian berkhianat, janganlah kalian menipu dan berbuat dusta. Janganlah kalian mencabik-cabik jenazah musuh. Janganlah membunuh anak-anak, orang tua yang lemah, dan kaum wanita. Janganlah kalian menebang pohon yang berbuah. Janganlah kalian menyembelih kambing, sapi, unta, kecuali untuk dimakan. Kalian juga akan menemui kaum yang tetap beribadah di tempat-tempat ibadah, biarkanlah mereka dengan pekerjaannya. Berangkatlah kalian dengan menyebut nama Allah .."

Usamah bin Zaid ra berangkat, maka pemberontakan di Yaman semakin merajalela. Musalaimah danThulaihah mulai menyeru orang-orang untuk mengakui kenabian mereka. Tidak sedikit diantara mereka menyambutnya. Sebagian penduduk di jazirah Arab menolak membayar zakat. Bahkan Abu Bakar menerima informasi para pemberontak telah mengepung Madinah dan memerangi orang-orang Islam. Timbul kegoncangan dikalangan kaum Muslimin.

Abu Bakar ra bermusyawarah dengan para shahabat utama untuk memerangi orang-orang yang ingkar. Tetapi, sebagian besar para shahabat menolak. Maka, Abu Bakar berkata : "Wallahi. Seandainya mereka menolak menyerahkan zakat unta dan kambing yang pernah serahkan kepada Rasulullah, pasti aku perangi mereka", tegasnya.

Mendengar ucapan Abu Bakar itu, Umar berkata : "Mengapa kita harus membunuh mereka, bukanlah Rasulullah telah bersabda : "Aku telah diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan "laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan Rasulullah", barangsiapa yang telah mengucapkannya, maka terpelihara harta dan darahnya dariku, kecuali karena haknya, sedang penghisaban mereka ada pada Allah".

Abu Bakar menjawab : "Wallahi. Aku akan memerangi orang yang memisahkan zakat dan shalat. Sesungguhnya zakat adalah hak pada harta. Sedang Nabi bersabda pada hadist itu : " .. Keculai karena haknya". Mendengar jawaban Abu Bakar itu, kemudian Umar menukasnya : "Wahai Khalifah Rasulullah! Lemah lembutlah kepada manusia!", ucap Umar.

Abu Bakar menanggapi dengan marah sanggahan Umar : "Hai Umar. Tadinya aku berharap engkau membantuku, ternyata engkau lemah. Apakah engkau pemberani saat jahiliyah dan pengecut setelah Islam? Agama telah sempurna, dan wahyu telah habis".

Dan ketika ditanya dengan siapa engkau memerangi mereka, maka Abu Bakar menjawabnya : "Sendirian".

Pendirian Abu Bakar mencerminkan dalamnya pandangannya terhadap fikrah Islam dan keteguhannya. Sekiranya Abu Bakar menerima keislaman mereka yang kurang karena tidak membayar zakat, berarti Abu Bakar membuat cacat terhadap prinsip (mabda') ajaran Islam dan menjadikannya sebagai sesuatu yang bisa ditawar-tawar. Jika Abu Bakar lemah menghadapi orang-orang yang murtad dan tidak membayar zakat, di masa depan akan meninggalkan tradisi berbahaya yang merusak rukun dan mabda' Islam bagi generasi yang akan datang.

Abu Bakar tahu sikapnya itu akan mengundang bahaya bagi umat Islam dan Daulah Islam yang baru berdiri. Namun Khalifah yang masyhur itu, tetap berpegang pada pendiriannya. Berpegang teguh kepada yang haq dan memelihara keutuhan Islam secara sempurna bagi generasi Muslim sesudahnya. Ketimbang memelihara keutuhan kaum Muslimin dan negaranya. Namun, tanpa memiliki fikrah yang benar dan ajaran yang utuh. Karena, daulah itu bukan tujuan. Sehingga fikrah Daulah didirikan untuk dakwah, untuk memelihara dan membela dakwah. Abu Bakar memilih menyelamatkan umat Islam dari fitnah dan melindungi Islam dari cacat dan kebinasaan.

Orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat itu, tahu kekuatan umat Islam di Madinah yang dipimpin Abu Bakar. Jumlahnya masih sangat sedikit dan tidak ada pasukan disitu. Maka Abu Bakar as-Shiddiq mengumpulkan kaum Muslimin. Seraya mengucapkan :

"Di negeri ini telah muncul kekafiran. Utusan mereka telah melihat jumlah kalian sedikit. Dan kalian tidak tahu. Entah siang atau malam, kalian akan diserang oleh mereka. Yang paling dekat dengan kalian adalah kurang dari 12 mil. Mereka menginginkan kita mengikuti kemauan mereka, tetapi kita menolaknya, maka bersiap-siaplah kalian", tegas Abu Bakar.

Akhirnya pecah pertempuran. Abu Bakar memimpin kaum Muslimin memerangi orang-orang kafir dan murtad. Ketika kabilah-kabilah melihat orang-orang yang murtad dan kafir itu kalah, kemudian mereka membayar zakat kepada Abu Bakar.

Kemudian, kaum Muslimin mereka menyaksikan pula pasukan yang dipimpi Usamah bin Zaid itu pulang dengan membawa kemenangan. Pertempuran itu mengingatkan para shahabat pada peristiwa Badr, di mana jumlah kaum Muslimin yang masih sedikit, ketika menghadapi orang-orang kafir, dan memperoleh kemenangan.

Dalam harbur riddah (peperang melawan orang murtad) mendapat ujian, dan kaum Muslimin dapat mengalahkan orang-orang yang murtad, dan jazirah Arab kembali ke pangkuan Islam, kembali kepada dienul haq dan berwala' (memberikan loyalitasnya) kepada Daulah Islam.

Abu Bakar menjadi Khalifah tidak terlalu lama. Hanya 2,5 tahun. Kemudina wafat. Ketika kondisinya semakin payah, dan keinginannya mengangkat Umar ibn Khattab untuk menggantikannya, kemudian mendapatkan persetujuan kaum Muslimin dan para Shahabat, maka ia memanggil Utsman bin Affan menuliskan sebuah wasiat.

Bismillaahirrahmanirrahim.

"Sesungguhnya aku jadikan Umar bin Khattab sebagai khalifah atas kalian sepeninggalku, maka dengar dan patuhilah kepadanya. Sesungguhnya aku tidak mengabaikan kebaikan bagi Allah, Rasul, din-Nya, diriku dan kalian. Bila Umar berlaku adil, maka itulah dugaanku dan pengetahuanku tentangnya. Bila ia berbuat berbeda, maka setiap orang akan menanggung kesalahan yang diperbuatnya. Yang aku inginkan hanyalah kebaikan dan aku tidak mengetahui yang ghaib. Orang-orang yang berbuat zalim akan mengetahui ke mana mereka akan kembali".

Wassalamu'alaikum warahmatullah.

Kemudian Abu Bakar bertanya : "Relakah kalian dengan yang aku angkat?" Demi Allah. Sesungguhnya aku telah bersungguh-sungguh dengan pendapatku. Aku tidak mengangkat kerabatku, tetapi aku mengangkat Umar ibn Khattab. Maka dengarkanlah dan patuhilah ia". Mereka menjawab : "Kami mendengar dan patuh!". Mereka pun membai'at Umar.

Setela itu Abu Bakar menyampaikan pidatonya saat-saat terakhir hidupnya.

"Seungguhnya aku mengangkatmu sebagai khalifah sepeninggalku. Aku berwasiat kepada engkau, hendaklah bertaqwa kepada Allah. Sesungguhnya Allah mempunyai amal di malam hari yang tidak Dia terima di siang hari, dan amal di siang hari yang Dia tidak terima di malam hari. Dia tidak menerima ibadah nafilah (sunnah) sampai ibadah fardhu dijalankan. Bila engkau telah memelihara wasiatku ini, maka tidak ada kegaiban yang lebih engkau cintai selain kematian. Sedang ia akan menimpamu. Jika engkau mengabaikan pesanku , maka tidak ada kegaiban yang lebih engkau benci selain kematian".

Setelah Umar beranjak, Abu Bakar berdoa :

"Ya Allah. Aku tidak menginginkan kecuali kebaikan pada mereka. Aku takut mereka terkena fitnah, maka aku berbuat untuk mereka dengan sesuatu yang Engkau Lebih Tahu dan untuknya aku berjihad".

Sebelum meninggal Abu Bakar berucap kepada keluarganya. Diantarnya :

"Sejak diangkat menjadi pemimpin kaum Muslimin, kami sungguh tidak pernah makan dinar maupun dirham mereka. Kami hanya makan tepung kasar untuk perut kami. kami juga hanya memakai pakaian kasar untuk tubuh kami. Maka perhatikanlah, jika ada yang lebih pada hartaku, sejak aku menjadi khalifah. Maka ambillah ia dan serahkanlah kepada khalifah sesudahku", ujar Abu Bakar as-Shiddiq.

Aisyah ra bertutur : "Ketika Abu Bakar meninggal kami periksa warisan yang ia tinggalkan. Ternyata kami hanya mendapatkan seorang budak(hamba sahaya) Habsyi (hitam), seekor unta pengangkut air, dan baju usang yang harganya hanya lima dirham.

Kemudian kami menyerahkan kepada Umar ibn Khattab. Melihat barang-barang itu, Umar meneteskan air matanya, seraya berkata : "Wahai Abu Bakar. Engkau telah menjadikan khalifah sesudah engkau susah untuk menirumu", ucapnya. Lalu, Umar menyerahkan barang-barang itu ke baitul mal.

Bertemu karena Allah, dan berpisah karena Allah. Itulah diantara sikap orang-orang mukmin, yang senantiasa ingat akan Rabbnya. Wallahu'alam.

Selasa, 27 Desember 2011

Surat Cinta Ku Untuk mu Ukhti,,,


Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,,,


Ba'da tahmid dan shalawat,,,

Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat,,,

Ukhti,,,
Rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu.
Yang Tak Pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur.
Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku.
Yang selalu bersedia berduaan disepertiga terakhir malam.
Yang siap Memberi apapun yang ku pinta, Ia Yang Bertahta, Berkuasa dan Memiliki Segalanya.

Maaf Ukhti,,,
Tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia.
Kau sangat lemah, kecil dan kerdil di hadapan-Nya.
Ia berbuat apa saja sekehendak-Nya kepadamu.
Dan, Ukhti, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuat-Nya cemburu.
Aku takut, hubungan kita selama ini membuat-Nya murka.
Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras Siksa-Nya.

Ukhti,,,
Belum terlambat untuk bertaubat.
Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan oleh-Nya.
Ia bisa marah, Ukhti.
Marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan.
Marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu.
Marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus memboncengimu dengan motorku.
Marah karena pernah ketetapan-Nya kuadukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu.
Ia bisa Marah.
Tapi sekali lagi semua belum terlambat.
Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni.
Ukhti, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.

Ukhti,,,
Jangan marah ya.
Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku pada-Nya, tidak pada selain-Nya.
Tapi tak Cuma aku, Ukhti.
Kau pun bisa menjadi kekasih-Nya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan.
Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-larangan-Nya termasuk dalam soal hubungan kita ini.
Insyaallah, Dia punya rencana yang indah untuk masa depan kita masing-masing.
Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenci-Nya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang pria shalih.
Ya, pria shalih yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini.
Ia yang akan membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridho Allah dalam ikatan pernikahan yang suci.
Inilah do'aku untukmu, semoga kau pun mendo'akanku, Ukhti.

Ukhti,,,
Aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini.
Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah.
Ya, saudara di jalan Allah, Ukhti.
Itulah yang terbaik.
Tak hanya antara kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di dunia.
Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliaupun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.

Maaf, Ukhti,,,
Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis pesan ini.
Aku takut ini merusak hati.
Goresan pena terakhirku di sini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, Insya Allah.

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Senin, 26 Desember 2011

Tabiat Jalan Dakwah


Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga yang harum baunya, tetapi merupakan jalan yang panjang dan penuh kesulitan. Sebab, antara yang haq dan yang batil ada pertentangan nyata. Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan dalam memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, kedermawanan dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang terus menerus dan hasilnya terserah kepada Allah, sesuai waktu yang dikehendaki-Nya. Mungkin aktifis dakwah tidak melihat hasil dan buah dakwah di dalam hidup dunia ini. Kita hanya diperintah beramal dan berikhtiar, tidak diperintah melihat hasil dan buahnya.

Sebaliknya, aktifis dakwah di jalan Allah akan menemui berbagai gangguan dan penyiksaan dari golongan taghut serta musuh-musuh Allah yang ingin menghapuskan mereka, memusnahkan dakwah mereka, atau menghalangi mereka dari jalan Allah. Itu adalah persoalan biasa yang telah berulang kali terjadi di masa silam dan akan terus terjadi di masa yang akan datang. Semuanya didorong oleh ketakutan para taghut. Mereka takut kekuasaannya yang berdiri di atas kebathilan akan musnah jika yang haq bangun dan bergerak menghapus kebathilan.

Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami melontarkan yang haq kepada yang bathil, lalu yang haq itu menghancurkannya, maka serta merta yang bathil itu lenyap." (QS. Al-Anbiya' : 18)

Dalam menggalakkan terkaman dan cengkraman kuku besi mereka ke atas dakwah al-haq dan para pendukungnya, mereka terlebih dulu akan menciptakan berbagai tuduhan yang keji dan penuh kedustaan. Tuduhan-tuduhan jahat dan dusta itu kemudian dilemparkan kepada para pendukung dakwah. Mereka gambarkan kepada manusia bahwa para pendukung dakwah itu adalah musuh bangsa dan rakyat, supaya orang-orang bangun menentang mereka seperti apa yang dilakukan oleh Fir'aun dan para pembesarnya terhadap Musa.

Firman Allah:
"Dan berkatalah Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi" (QS. Al-Mukmin : 26)

Demikianlah sikap Fir'aun, pembesar dan pengikutnya baik Fir'aun kuno maupun Fir'aun modern. Nabi Musa dituduh sebagai perusak dan Fir'aun dianggap sebagai pembela bangsa dan pemelihara kepentingannya. [Sumber: Fiqhud Dakwah, karya Syaikh Mustafa Masyhur]

Al-Qur’an dan Pensikapannya





Jika kita melihat kebelakang pada awal permulaan Islam, sekelompok kecil manusia dimana sosok Muhammad saw.yang menjadi penyeru mereka menuju keimanan, diantara mereka yang telah beriman adalah Khadijah (isteri), Abu Bakar (sahabat),Ali (sepupunya) dan Zaid (budaknya).Kita dapati bahwa Al-Qur’an pada saat itu menjadi faktor yang amat berpengaruh sebagai salah satu wahana untuk membina keimanan orang-orang pertama yang masuk Islam.

Pada saat itu Rasulullah saw. Dan pengikutnya belum memiliki daya tahan yang kuat.Disaat seperti ini Islam membutuhkan sosok kader da’wah yang tangguh, maka Umarlah orangnya. Kisah berimanya Umar banyak riwayat yang menceritakanya, salah satunya berasal dari riwayat Atha dan Mujahid yang dikutip oleh Ibnu Ishaq dari Abdullah bin Najih “ aku dulunya amat menjauhi Islam.Aku suka mabuk-mabukan ketika jahiliyah.kami mempunyai majelis tempat berkumpul kaum pria bangsa Quraisy … Suatu saat aku hendak berkumpul dengan teman-temanku disana, namun tidak seorangpun disana.Maka aku berkata,’maka aku harus menemui si Fulan penjual khamar’ maka akupun segera bergegas untuk menemuinya,tetapi aku tidak mendapatinya.Lalau akupun berujar kembali,’ mungkin aku harus ke Ka’bah untuk melakukan Thawaf disana sebanyak 7 atau 70 kali!, maka akupun datang ke masjid untuk melakukan thawaf di Ka’bah, ternyata disana ada Rasulullah saw. Sedang berdiri melakukan shalat, saat itu shalat menghadap ke negeri Syam (Masjidil Aqsha) dan ia menjadikan Ka’bah diantara dirinya dan negeri Syam.Beliaupun berdiri diantara dua rukun (tiang Ka’bah) rukun Aswad dan rukun Yamani.aku berkata saat aku melihatnya,’Demi Allah, kalau saja nanti malam aku mendengar apa yang akan dibaca oleh Muhammad, dan terbersit dalam hatiku kalau aku sudah mendekat ke arah Muhammad dan mendengarkan apa yang ia baca pasti ia akan aku kagetkan.’Akupun menghampirinya dari balik al-Hajar (Hajar Aswad), akupun masuk dari balik kain Ka’bah, tidak ada jarak diriku dengan Muhammad kecuali hanya dibatasi dengan kain Ka’bah saja, saat aku mendengar Al-Qur’an maka luluh hati hingga membuat aku menangis, sejak saat itu aku masuk Islam.

Namun ada juga kisah yang dituturkan oleh Ibnu Ishaq, yang kesimpulanya bahwa’Umar keluar dari rumahnya dengan menghunus pedang mencari Rasulullah saw.Umar ditemani oleh para sahabatnya yang berjumlah hampir 40 orang terdiri dari pria dan wanita yang berkumpul disebuah rumah dekat bukit Shafa.Di tengah jalan ia bertemu dengan Naim bin Abdullah yang bertanya kepada Umar hendak kemana ia.Umar lalu memberitahukan Naim tentang maksud dan tujuanya. Lalu Naim mengingatkan Umar akan bahaya berhadapan dengan bani Abdi Manaf dan ia mnegajak Umar untuk kembali ke rumah dan mengurungkan niatnya, karena iparnya yang bernama Said bin Zaid bin Amr dan isterinya yang bernama Fatimah binti Khatab telah keluar dari agama mereka.Maka Umar pun bergegas hendak menemui mereka berdua, ternyata disana ia mendengar seseorang yang membacakan Al-Qur’an kepada mereka berdua. Umar segera merangsek masuk kedalam rumah dan langsung mencengkeram Said dan isterinya yang masih adiknya sendiri… kemudian Umar merebut sebuah lembaran kertas setelah perdebatan lama, dan ternyata di dalamnya terdapat surat Thaahaa.

Setelah membaca sepenggal dari surat tersebut , Umar berkata “betapa indah dan mulianya kalimat ini” lalu ia pun pergi untuk menemui Nabi saw.dan ia mengumumkan keislamanya. Maka Nabi saw.bertakbir untuk memberitahukan penghuni rumah dan para sahabatnya bahwa Umar telah masuk Islam. Seluruh riwayat sepakat bahwa Umar mendengar atau membaca sepenggal ayat Al-Qur’an seolah-olah hal ini yang mengajaknya untuk memeluk Islam. Selanjutnya mari kita melihat sosok lain, sosok yang tidak kalah terkenalnya dari Umar, sosok yang dijuluki dermawan kota Mekah yaitu Al-Walid ibnul Mughirah. Ada beberapa riwayat tentang berpaling (tawalli) nya al-Walid ibnul Mughirah yang ringkasnya Al-Walid ibnul Mughirah mendengarkan beberapa ayat Al-Qur’an yang hampir membuat hatinya luluh. Maka kaum Quraisy berkata,”Demi Allah, Walid sudah keluar dari agama kita dan semua kaum quraisy akan keluar dari agamanya.” Maka kaum quraisy mengirim abu Jahal kepada Walid untuk mengingatkan kembali akan kemuliaan diri dan keturunan Walid serta hartanya.Abu Jahal meminta kepadanya untuk mengomentari Al-Qur’an sehingga kaumnya mengerti bahwa sebenarnya Walid benci kepada Al-Qur’an. Lalu Walid berkata “apa yang harus aku komentari? Demi Allah tidak seorang pun diantara kamu yang lebih mengerti tentang syair daripada aku, demi Allah tidak ada perkataan seorang pun yang menyerupainya. Demi Allah ucapan dalam Al-Qur’an itu amat manis dan indah, bacaan tersebut bisa mengalahkan semua yang ada dibawahnya dan dia mampu mengungguli segalanya.

Abu Jahal lalu berkata, “Demi Allah kaummu tidak akan puas sehingga engkau berkomentar tentang Al-Qur’an.” Lalu Walid berkata ,”kalau begitu biarka aku berfikir sejenak, saat berfikir ia mengatakan,”in hadza illa sikhrun yu’tsar” Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari, apakah kalian tidak melihat bahwa ia mampu memisahkan seorang suami dari istrinya dan dari keturunanya.(dari Sirah Ibnu Hisyam dan beberapa riwayat lain)

Hal ini terekam abadi di dalam Al-Qur’an surah al-Mudhasir : 18-28)

Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yangditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?, kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?, kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: "(Al Quraan) ini tidak lain hanyalah sihiryang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia".Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan(*).

[*] Yang dimaksud dengan "tidak meninggalkan dan tidak membiarkan"ialah apa yang dilemparkan ke dalam neraka itu diazabnya sampai binasakemudian dikembalikannya sebagai semula untuk diazab kembali. Ikhwafillah, dari kisah diatas terlihat bertemunya dua kisah yaitu kisah keimanan dan kekufuran. Bagaimana Umar dapat merasakan betapa menggelora hatinya manakala dia bertemu dengan Al-Qur,an, tidak ada yang mempengaruhi dan tiada pula yang mengajarinya, namun serta merta hatinya tunduk pada kebenaran Al-Qur’an.

Bagaimana dengan Walid al-Mughirah? Dia terbelenggu dan terkungkung akibat kesombongan yang ia miliki, dia merasa bangga dengan nasab, harta serta keturunanya. Kedua tokoh ini menjalani alur hidup yang berbeda, yaitu beriman dan kufur, namun dari kedua kisah diatas keduanya telah melalui satu titik yang sama yaitu titik pengakuan atas kebenaran dan keagungan kandungan Al-Qur’an baik dari segi makna dan bahasanya.

Ikhwatifillah, sungguh Al-qur’an itu mempunyai daya magic yang luar biasa, kalau kita melihat kebelakang bagaimana orang-arang Qurays yang mengatakan “ janganlah kalian dengarkan Al-qur’an ini dan olok-oloklah Al-qur’an tersebut agar kalian menjadi menang.” Sungguh ayat ini menunjukkan rasa ketakutan yang luar biasa akibat pengaruh Al-qur’an pada jiwanya, demikian juga sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, yang membacakan satu atau dua ayat kepada sahabatnya yang menyebabkan jiwa mereka menjadi tunduk, hati mereka menjadi khusu’ dan orang-orang yang takut pada Tuhannya menjadi bergegas untuk memenuhi panggilanNya.

Diakhir bahasan kita, mari kita lihat beberapa ayat dalam Al-qur’an dimana ayat tersebut demikian besar pengaruhnya pada hati mereka, ada yang bercucuran air matanya, ada yang menyungkur dan bersujud dan ada yang demikian hebat rasa takutnya hingga gemeter kulit orang-orang yang mengingat Allah. Dalam sebuah ayat diceritakan tentang orang Yahudi dan Nasrani

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orangYahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialahorang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang nasrani".Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul(Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkankebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitabmereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telahberiman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi(atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.).(Qs.5,Al Maidah :82-83)

Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama sajabagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnyaapabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas mukamereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi".Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. .(Qs.17, Al-Isra: 107-109)

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang[*], gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.(Qs.39, Az-zumar: 23)

[*]. Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum,pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quraan supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. Sebahagian ahli Tafsir mengatakan bahwa maksudnya itu ialah bahwaayat-ayat Al Quraan itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam Mukaddimah surat Al Faatihah.

Ikhwatifillah, Al-qur’an adalah Qalam Allah yang Agung, yang indah yang mengandung petunjuk hidup, semua manusia yang membacanya dengan bacaan yang benar, meresapi dan merenungkan ma’nanya, maka semua hati akan mengakui kebenaran dan tunduk padanya, hanya saja yang muncul kepermukaan kadang berbeda dengan apa yang ada di dalam hati, ada yang langsung tunduk dan beriman adapula yang ingkar lalu tetap pada kekafirannya. Jadilah kita orang yang membaca dan mendengarkan Al-qur’an dan selalu tetap bermohon kepada Allah agar hati kita tunduk padanya.

Suripan Soleh

Ketua PIP PKS Qatar


Kamis, 22 Desember 2011

Kisah Seorang Buta Yang Sukses (Sebuah Renungan)

Ada seorang Pria yang buta huruf bekerja sebagai penjaga sekolah. Sudah ± 20 tahun dia bekerja disana.

Suatu hari kepala sekolah itu digantikan dan menerapkan aturan baru. Semua pekerja harus bisa membaca dan menulis maka penjaga yang buta huruf itu, terpaksa tidak bisa bekerja lagi. Awalnya, dia sangat sedih. Dia tidak berani langsung pulang ke rumah dan memberitahu kan istrinya. Dia berjalan pelan menelusuri jalanan.

Tiba-tiba muncullah ide untuk membuka kios di jalanan itu. Tidak disangka, usahanya sukses, dari satu kios sampai jadi beberapa kios. Kini dia jadi seorang Pengusaha yang sukses dan kaya.

Suatu hari, dia pergi ke bank untuk membuka rekening, namun karena buta huruf, dia tidak bisa mengisi formulir dan karyawan Bank yang membantunya. Karyawan Bank berkata: "Wah, Bapak buta huruf saja bisa punya uang sebanyak ini, apalagi kalau bisa membaca dan menulis, pasti lebih kaya lagi."
Dengan tersenyum dia berkata: "Kalau saya bisa membaca dan menulis, saya pasti masih menjadi penjaga sekolah."
Apa yang merupakan musibah, bisa saja jadi BERKAH.
Dibalik masalah, pasti ada Berkah... Jadi, sikapilah dengan sabar & bijak ...
Lakukan bagian kita secara MAKSIMAL dan biarlah ALLAH melakukan bagianNYA...

Sekalipun seolah-olah tiada pertolongan dan jalan keluar dalam masalah dan pergumulan hidup kita JANGAN BERONTAK MENYALAHKAN ALLAH.
Karena manusia hanya mengetahui apa yang di depan mata, Tetapi ALLAH MENGETAHUI JAUH KEDEPAN TENTANG RENCANA YANG INDAH BAGI MEREKA YANG MENGASIHI DIA.
(*) BERKAH (*)
Tak selalu berupa emas, intan permata, atau uang banyak ... bukan pula saat kita tinggal di rumah mewah ataupun memiliki harta berlimpah ...
Namun BERKAH adalah ....
Saat kita kuat dalam keadaan putus asa....
Mampu tetap bersyukur ketika tak punya apa-apa......
Mampu tersenyum saat diremehkan...
Mampu tetap taat walau hidup teramat berat....

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan