PKS Jakarta - Aku ingin menggambarkan makna jama’ah dengan sangat sederhana. Bukan dengan dalil-dalil, karena itu sudah sangat banyak dijelaskan para ulama dan para ustadz. Namun dengan hal-hal praktis yang kita lakukan dalam kehidupan keseharian. Hal-hal mudah yang bisa kita aplikasikan dalam kegiatan.
Dalam Skala Personal
Engkau adalah seorang kader dakwah,
seorang aktivis. Dalam dirimu teramat banyak potensi yang Allah berikan,
alhamdulillah. Dengan berbagai potensi itu engkau bisa melakukan banyak
hal, teramat sangat banyak hal. Engkau bisa mengundang banyak orang
untuk datang menghadiri kegiatanmu, engkau bisa mengumpulkan banyak
khalayak untuk memenuhi undanganmu. Engkau bisa menggelar ribuan acara
dengan nama dan potensimu. Engkau bisa mengatakan, “Sendiri saja, aku
bisa melakukan semua ini”.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Yang disebut
jama’ah adalah ketika engkau tidak bekerja sendirian, kendati engkau
sendiri mampu melakukan itu. Yang disebut jama’ah adalah ketika engkau
tidak menjalankan semua agenda dakwah sendirian, kendati engkau sendiri
yakin bisa melakukan itu; oleh karenanya engkau memerlukan kebersamaan
untuk mengemban amanah dakwah.
Yang disebut jama’ah adalah ketika
engkau menjadi satu bagian yang utuh dari sebuah kebersamaan, kendati
engkau merasa lebih leluasa bekerja sendirian. Yang disebut jama’ah
adalah ketika ada visi jama’i, ada manhaj, ada khuthuwat, ada baramij,
yang kesemuanya merupakan produk kolektif, bukan produk individu,
kendati engkau bisa membuat itu semua sendirian.
Pada Struktur Ranting
Pada struktur lembaga dakwah di tingkat
ranting, aku sangat yakin bahwa para aktivis yang berada dalamnya
memiliki potensi yang luar biasa hebat. Mereka bisa melakukan sangat
banyak aktivitas dakwah di tingkat ranting. Mereka melakukan koordinasi,
konsolidasi juga ekspansi. Mereka menggelar program dan kegiatan setiap
hari. Mereka melakukan berbagai inovasi dakwah tiada henti.
Mereka menyelenggarakan berbagai
kegiatan besar dan mampu menghimpun sangat banyak kalangan. Pada titik
ini, struktur dakwah tingkat ranting bisa mengatakan, “Kami bisa
berjalan sendiri, tanpa perlu struktur dakwah di tingkat cabang. Toh
nyatanya selama ini kami memang telah berjalan sendiri tanpa didampingi
struktur cabang”.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Yang disebut
jama’ah adalah ketika struktur ranting selalu berkoordinasi dengan
cabang, kendati mereka merasa mampu melakukan semua kegiatan itu secara
mandiri. Yang disebut jama’ah adalah ketika struktur ranting tidak
menjalankan semua agenda dakwah sendirian, dan merasa tidak memerlukan
struktur cabang, kendati memang mampu menjalankan semuanya sendirian.
Yang disebut jama’ah adalah ketika
struktur ranting menjadi bagian yang utuh dari struktur cabang, kendati
mereka merasa lebih leluasa bekerja mandiri, tanpa intervensi apapun
dari cabang. Yang disebut jama’ah adalah ketika ada arahan, supervisi,
koordinasi, dan konsolidasi struktur cabang dengan struktur ranting.
Ketika ada kebersamaan yang harmonis antara struktur cabang dengan
ranting. Karena sesungguhnya tidak artinya cabang ketika tidak ada
ranting, dan begitu pula sebaliknya. Inilah yang disebut jama’ah.
Pada Struktur Cabang
Pada struktur lembaga dakwah di tingkat
cabang, aku sangat yakin bahwa para aktivis yang berada dalamnya
memiliki potensi yang luar biasa hebat. Mereka bisa melakukan sangat
banyak aktivitas dakwah di tingkat cabang. Mereka melakukan koordinasi,
konsolidasi juga ekspansi. Mereka menggelar program dan kegiatan setiap
hari. Mereka melakukan berbagai inovasi dakwah tiada henti.
Mereka menyelenggarakan berbagai
kegiatan besar dan mampu menghimpun sangat banyak kalangan. Pada titik
ini, struktur dakwah tingkat cabang bisa mengatakan, “Kami bisa berjalan
sendiri, tanpa perlu struktur dakwah di tingkat daerah. Toh nyatanya
selama ini kami memang telah berjalan sendiri tanpa didampingi struktur
daerah”.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Yang disebut
jama’ah adalah ketika struktur cabang selalu berkoordinasi dengan
pengurus daerah, kendati mereka merasa mampu melakukan semua kegiatan
itu secara mandiri. Yang disebut jama’ah adalah ketika struktur cabang
tidak menjalankan semua agenda dakwah sendirian, dan merasa tidak
memerlukan struktur daerah, kendati memang mampu menjalankan semuanya
sendirian.
Yang disebut jama’ah adalah ketika
struktur cabang menjadi bagian yang utuh dari struktur daerah, kendati
mereka merasa lebih leluasa bekerja mandiri, tanpa intervensi apapun
dari pengurus daerah. Yang disebut jama’ah adalah ketika ada arahan,
supervisi, koordinasi, dan konsolidasi struktur daerah dengan struktur
cabang. Ketika ada kebersamaan yang harmonis antara struktur daerah
dengan cabang. Karena sesungguhnya tidak artinya daerah ketika tidak ada
cabang, dan begitu pula sebaliknya. Inilah yang disebut jama’ah.
Pada Struktur Daerah
Aku juga sangat yakin, pada struktur
lembaga dakwah di tingkat daerah, para aktivis yang berada dalamnya
memiliki potensi yang luar biasa hebat. Mereka bisa melakukan sangat
banyak aktivitas dakwah di tingkat daerah. Mereka melakukan koordinasi,
konsolidasi juga ekspansi. Mereka menggelar program dan kegiatan setiap
hari. Mereka melakukan berbagai inovasi dakwah tiada henti.
Mereka menyelenggarakan berbagai
kegiatan besar dan mampu menghimpun sangat banyak kalangan. Pada titik
ini, struktur dakwah tingkat daerah bisa mengatakan, “Kami bisa berjalan
sendiri, tanpa perlu struktur dakwah di tingkat wilayah. Toh nyatanya
selama ini kami memang telah berjalan sendiri tanpa didampingi struktur
wilayah”.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Yang disebut
jama’ah adalah ketika struktur daerah selalu berkoordinasi dengan
pengurus wilayah, kendati mereka merasa mampu melakukan semua kegiatan
itu secara mandiri. Yang disebut jama’ah adalah ketika struktur daerah
tidak menjalankan semua agenda dakwah sendirian, dan merasa tidak
memerlukan struktur wilayah, kendati memang mampu menjalankan semuanya
sendirian.
Yang disebut jama’ah adalah ketika
struktur daerah menjadi bagian yang utuh dari struktur wilayah, kendati
mereka merasa lebih leluasa bekerja mandiri, tanpa intervensi apapun
dari pengurus wilayah. Yang disebut jama’ah adalah ketika ada arahan,
supervisi, koordinasi, dan konsolidasi struktur wilayah dengan struktur
daerah. Ketika ada kebersamaan yang harmonis antara struktur wilayah
dengan daerah. Karena sesungguhnya tidak artinya wilayah ketika tidak
ada daerah, dan begitu pula sebaliknya. Inilah yang disebut jama’ah.
Pada Struktur Wilayah
Aku sangat yakin, pada struktur lembaga
dakwah di tingkat wilayah, para aktivis yang berada dalamnya memiliki
potensi yang luar biasa hebat. Mereka bisa melakukan sangat banyak
aktivitas dakwah di tingkat wilayah. Mereka melakukan koordinasi,
konsolidasi juga ekspansi. Mereka menggelar program dan kegiatan setiap
hari. Mereka melakukan berbagai inovasi dakwah tiada henti.
Mereka menyelenggarakan berbagai
kegiatan besar dan mampu menghimpun sangat banyak kalangan. Pada titik
ini, struktur dakwah tingkat wilayah bisa mengatakan, “Kami bisa
berjalan sendiri, tanpa perlu struktur dakwah di tingkat pusat. Toh
nyatanya selama ini kami memang telah berjalan sendiri tanpa didampingi
struktur pusat”.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Yang disebut
jama’ah adalah ketika struktur wilayah selalu berkoordinasi dengan
pengurus pusat, kendati mereka merasa mampu melakukan semua kegiatan itu
secara mandiri. Yang disebut jama’ah adalah ketika struktur wilayah
tidak menjalankan semua agenda dakwah sendirian, dan merasa tidak
memerlukan struktur pusat, kendati memang mampu menjalankan semuanya
sendirian.
Yang disebut jama’ah adalah ketika
struktur wilayah menjadi bagian yang utuh dari struktur pusat, kendati
mereka merasa lebih leluasa bekerja mandiri, tanpa intervensi apapun
dari pengurus pusat. Yang disebut jama’ah adalah ketika ada arahan,
supervisi, koordinasi, dan konsolidasi struktur pusat dengan struktur
wilayah. Ketika ada kebersamaan yang harmonis antara struktur pusat
dengan wilayah. Karena sesungguhnya tidak artinya pusat ketika tidak
ada wilayah, dan begitu pula sebaliknya. Inilah yang disebut jama’ah.
Inilah Jama’ah
Ya, inilah bangunan jama’ah itu. Ketika
semua bagian saling terkait, saling menyatu, saling menjadi bagian utuh
dengan bagian lainnya. Setiap bagian sama pentingnya, seperti kita
memahami bagian manakah yang penting dari mobil. Roda sama pentingnya
dengan kemudi, rem sama pentingnya dengan gas, oli sama pentingnya
dengan bahan bakar. Semua bagian menjadi pembentuk bangunan utuh dari
jama’ah. Jika berkurang satu bagian, akan berdampak secara sistemik bagi
kegiatan dan kehidupan jama’ah.
“Perumpamaan orang-orang mukmin
dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan
merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam” (HR. Muslim).
Semua dari kita memiliki potensi dan
kemampuan yang hebat, alhamdulillah. Namun sehebat apapun potensi itu,
menjadi kurang bermakna ketika tidak diwadahi jama’ah. Engkau mungkin
kurang sabar dalam mengikuti ritme hidup berjama’ah, karena ada aturan,
ada panduan, ada pedoman, ada keputusan yang harus dilakukan. Engkau
mungkin merasa bosan dengan berbagai agenda hidup berjama’ah yang tampak
lamban, padahal engkau bisa melakukan berbagai hal lebih cepat.
Memang bisa, dan sangat mudah bagimu.
Namun itu bukan jama’ah. Karena jama’ah
artinya keterpaduan, kesatuan, keharmonisan, kebersamaan, kesediaan,
kerelaan, empati, dan keteraturan. Karena jama’ah artinya perencanaan.
koordinasi, konsolidasi, pengaturan, manajemen, komando, pengawasan
serta evaluasi. Karena jama’ah artinya penyatuan hati, perasaan,
pikiran, dan kegiatan. Karena jama’ah artinya kasih sayang, kelembutan,
ketegasan, kedisiplinan dan keserasian.
Karena jama’ah artinya cinta.
nDalem Mertosanan, 6 Januari 2012
Sumber : http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2053
0 komentar:
Posting Komentar